Prof. Mr. Muhammad Yamin dikenal sebagai pengarang, politikus, tokoh pergerakan nasional, sastrawan dan penggalisejarah Indonesia . Ia masih keturunan kepala adat di Minangkabau. Semasa kecil mendapat pendidikan adat dan agama,hingga tahun 1914. Sangat memperhatikan hukum adat Indonesia , sosiologi dan hukum international. Juga bahasa, sejarahdan kebudayaan Timur.
Yamin pernah menjadi Guru besar PTPG Bandung. Ia aktif dalam berbagai organisasi, antara lain sebagai Ketua PengurusBesar Jong Sumatera Bond (1926-1928). Ketua Besar Indonesia Muda (1928), Ketua Pengurus Besar Partindo (1932-1938) dan Ketua Pengurus Besar Parpindo (Partai Persatuan Indonesia ) tahun 1942. Atas jasa-jasanya di masa revolusikemerdekaan, ia dianugerahi Bintang Mahaputra kelas I. Dalam kalangan pergerakan nasional waktu itu Yamin terkenalsebagai pemecah persatuan. Oleh karena itu kedudukannya terpencil. Ia termasuk salah satu anggota Badan PenyelidikUsaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang menyusun naskah UUD.
Pada masa Indonesia merdeka kegiatan-kegiatannya dalam berbagai bidang sangat menonjol. Bintang pribadinya terusnaik sampai akhir hayatnya. Pada masa permulaan RI, Muhammad Yamin termasuk golongan persatuan Perjuanganpimpinan Tan Malaka yang beroposisi keras terhadap diplomasi Kabinet Sutan Sjahrir. Ia ikut memimpin percobaan coupd’’’etat yang terkenal sebagai Peristiwa Tiga Juli (1946). Dalam sidang Mahkamah Agung Tentara ia dijatuhi hukuman 4tahun penjara. Pada hari kemerdekaan 17 Agustus 1948, ia memperoleh grasi dan dibebaskan. Kemudian diangkatsebagai penasihat Delegasi RI dalam KMB di Negeri Belanda.
Yamin seorang pengarang yang sangat produktif. Banyak diantara karangannya mengandung unsur sejarah dankenegaraan. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia , khususnya untuk bidang puisi, ada dua kepeloporan penting yang telahditanamkan Muhammad Yamin. Pertama, dalam hal tema yang dikedepankan. Dan kedua, dalam hal bentuk yang digunakan.
Yamin pada mulanya mengangkat tema kedaerahan yang kemudian secara jelas bergerak menuju tema kebangsaan. Darisudut ini, ia telah menempatkan puisi tidak sekedar alat untuk mengekspresikan perasaan pribadi dirinya sendiri, melainkanjuga ekspresi gagasannya selaku warga bangsa. Ia menempatkan alam kedaerahan (Minangkabau-Sumatera) dalamhubungannya dengan keIndonesiaan. Selain itu, bentuk pantun dan syair yang sering lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat pernyataan, melalui Yamin nada itu menjadi bentuk ungkapan ekspresif yang lahir dari gejolak perasaan danpikiran.
Dari sudut pemakaian bahasa Melayu, apa yang telah dilakukan Yamin telah membuka peluang bagi pemanfaatan bahasaMelayu secara kreatif. Bahasa Melayu menjadi bahasa budaya yang modern, dan tidak lagi terkungkung oleh kata-kataklise. Yamin dikebumikan dengan upacara kenegaraan di samping kubur ayahandanya, Usman gelar Baginda Khatib diPekuburan Punding, Desa Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatera Barat
No comments:
Post a Comment